BUDIDAYA KEDELAI
PENDAHULUAN
Kedelai
merupakan komoditas yang bernilai ekonomi tinggi dan banyak memberi manfaat
tidak saja digunakan sebagai bahan pangan tetapi juga sebagai bahan baku
industri dan pakan ternak. Pengembangan kedelai telah memberi kontribusi
terhadap perekonomian nasional (PDB sub sektor tanaman pangan) meskipun
nilainya masih relatif kecil dibandingkan dengan komoditi tanaman pangan
lainnya.
Produksi
kedelai nasional belum dapat memenuhi kebutuhan, karena luas panen aktual masih
belum memadai dan produktivitas masih rendah. Produktivitas pada tingkat petani
rata-rata 1,3 ton/ha, sedangkan potensi produksi mencapai 2,0 – 2,5 ton/ha.
Ditingkat
petani, kedelai masih dianggap sebagai tanaman sampingan, tanaman sela atau
tanaman untung-untungan. Untuk mengatasi itu maka upaya peningkatan produksi
kedelai perlu diikuti dengan usaha menyadarkan petani menjadi profesional dalam
berusahatani. Secara teknis agronomis, masalah yang sering terlihat dilapang
adalah sebagai berikut :
- Masa tanaman dalam satu hamparan (> 50 ha) belum serempak, tanaman yang terlambat tanam sering terserang hama, tumbuh kerdil atau kekeringan.
- Varietas dan benih yang ditanam kebanyakan masih bermutu ”asal-asalan”.
- Populasi tanaman yang dipanen setiap hektar optimal sehingga hasil rendah.
- Penyiapan lahan bekas sawah pada musim kemarau tanpa pembuatan saluran drainase, sehingga masih tergenang atau tanaman muda mengalami deraan penggenangan sehingga terhambat pertumbuhannya.
- Pengendalian gulma sering terlambat atau jarang dilakukan.
- Pengendalian hama penyakit belum efektif dan sering terlambat.
PEMBAHASAN
Balai
Penelitian Tanaman Kacang-kacangan dan Umbi-umbian yang mempunyai mandat
nasional sebagai balai komoditas palawija telah berhasil menyediakan komponen
teknologi budidaya kedelai untuk mengatasi kendala agronomis tersebut.
Varietas
Unggul
Varietas
unggul Wilis paling luas ditanam oleh petani saat ini. Disisi lain, telah
tersedia tujuah varietas unggul baru untuk ditanam dilahan sawah.Varietas
unggul tersebut telah dievaluasi daya hasilnya, sehingga apabila dibudidayakan
dengan benar dan baik, produktivitasnya dapat mencapai 1,5-2,0 ton/ha.
Penyediaan benih kedelai yang bermutu untuk petani masih merupakan masalah yang
memerlukan pemecahan. Kebutuhan benih dengan daya tumbuh lebih 90% adalah
sekitar 45-50 kg biji/ha luas lahan
Penyiapan Lahan
Kedelai yang
ditanam setelah padi sawah tidak memerlukan pengolahan tanah. Saluran drainase
dengan kedalaman 25-30 cm dan lebar 30 cm, setiap 3-4 perlu dibuat untuk
mengurangi kelebihan air dan berfungsi pula sebagai saluran irigasi pada saat
hujan sudah berhenti.
Waktu Tanam
Ditanam pada bulan
Maret/April atau Juli/Agustus masing-masing untuk pertanaman MK I dan MK II.
Agar tidak terjadi akumulasi serangan hama dan penyakit serta kekurangan air,
kedelai dianjurkan ditanam tidak lebih dari 7 hari setelah tanaman padi
dipanen. Tanam harus dilakukan secara serempak pada satu hamparan, minimal 50
Ha.
Pemupukan
Pemberian pupuk
sebaiknya ditaburkan dalam larikan yang dibuat di dekat lubang tanam
disepanjang barisan kedelai. Pada lahan sawah yang subur atau setelah tanam
padi Supra Insus, kedelai hanya perlu penambahan 50 kg Urea/ha. Sedangkan pada
lahan sawah bertekstur berat (misalnya jenis tanah Vertisol) diperlukan pupuk
50 kg Urea + 50 kg SP36 + 100-150 KCl/ha. Pupuk anorganik dapat digantikan
dengan pemberian 5-10 ton kotoran ayam/ha dengan 5 ton kompos jerami/ha.
Mulsa Jerami Padi
Mulsa jerami dapat
menekan frekuensi penyiangan sehingga cukup dilakukan 1 x sebelum tanaman
berbunga. Pada umumnya, banyaknya jerami padi yang digunakan sebagai mulsa sama
dengan hasil jerami pada suatu petakan sehingga tidak diperlukan tambahan dari
petakan lain. Namun demikian, sebanyak 5 ton jerami/ha diperkirakan cukup bagi
kedelai. Pada daerah dengan lalat bibit dan gulma merupakan kendala, pembakaran
jerami setelah tanam kedelai dapat dilakukan dan cara ini lebih menyeragamkan
pertumbuhan awal kedelai.
Pengairan
Penambahan air
ditujukan untuk mem-pertahankan kelembaban tanah hingga dicapai kondisi
kapasitas lapang. Fase pertumbuhan tanaman yang sangat peka terhadap kekurangan
air adalah awal pertumbuhan vegetatif sekitar 15-21 hst, saat berbunga 25-35
hst dan saat pengisian polong 55-70 hst. Dengan demikian pada fase-fase
tersebut tanaman harus diairi apabila hujan sudah tidak turun lagi
Pengendalian Hama
Pengendalian hama
secara bercocok tanam (kultur teknis) dan pengendalian secara hayati (biologis)
saat ini dilakukan untuk menekan pencemaran lingkungan. Pengendalian secara
kultur teknis antara lain penggunaan mulsa jerami, pengolahan tanah, pergiliran
tanaman dan tanam serentak dalam satu hamparan serta penggunaan tanaman
perangkap jagung. Sedangkan contoh pengendalian secara biologis antara lain penggunaan
parasitoid Trichogrammatoidea bactrae-bactrae, penggunaan Nuclear Polyhidrosis
Virus (NPV) untuk ulat grayak Spadoptera litura (SINPV) dan untuk ulat buah
Helicoverpa armigera (HaNPV) serta penggunaan feromonoid seks yang mampu
mengendalikan ulat grayak. Terdapat 4 bahan nabati yang efektif terhadap hama
pengisap polong dilapangan, yaitu serbuk biji nimba, srikaya, sirsak dan
ekstrak daun mindi. Serbuk biji srikaya 40 gr/l mampu menekan populasi kutu
kebul setara dengan insektisida Amitraz.
Panen dan Pasca
Panen
Panen dilakukan
apabila 95% jumlah polong pada batang utama telah matang berwarna kunig
kecoklatan atau kehitaman dan sebagian besar daunnya sudah rontok. Hasil panen
ini segera dijemur agar cepat kering (4-5 hari tergantung sinar matahari)
kemudian dilakukan perontokan biji dengan menggunakan thresher atau alat
pemukul dari bambu. Butir biji dipisahkan dari kotoran/sisa kulit polong dan
diusahakan kadar air biji mencapai 10-12% pada saat mulai disimpan.
Pengendalian Penyakit
Penyakit utama pada
kedelai adalah karat daun Phacospora pachyrhizi, busuk batang dan akar
Schlerospora rol feii dan berbagai penyakit yang disebabkan virus. Pengendalian
penyakit karat daun dengan fungisida Mancozeb, penyakit busuk batang dan akar
menggunakan jamur antagonis Trichoderma harzianum. Sedangkan pengendalian virus
dengan mengendalikan vektornya yaitu serangga hama kutu dengan insektisida
Decis. Waktu pengendalian dilakukan pada saat tanaman berumur 40, 50 dan 60
hari.
|