Laporan Praktikum I
Identifikasi Tumbuhan Gulma Darat dan Gulma
Air
I.
Tujuan Praktikum : Mengenal berbagai jenis tumbuhan gulma darat dengan
menuliskan, Nama ilmiah, nama umum, nama
daerah, biologi tumbuhan.
II. Dasar
Teori
Gulma adalah sebagai
tumbuhan yang tumbuh pada areal yang tidak dikehendaki tumbuh pada areal
pertanaman. Gulma secara langsung maupun tidak langsung merugikan tanaman
budidaya. Pengenalan suatu jenis gulma dapat dilakukan dengan melihat keadaan
morfologinya, habitatnya, dan bentuk pertumbuhanya. Berdasarkan keadaan
morfologinya, dikenal gulma rerumputan (grasses), teki-tekian (sedges), dan
berdaun lebar (board leaf). Golongan gulma rurumputan kebanyakan berasal dari
famili gramineae (poaceae). Ukuran gulma golongan rerumputan bervariasi, ada
yang tegak, menjalar, hidup semusim, atau tahunan. Batangnya disebut culms,
terbagi menjadi ruas dengan buku-buku yang terdapat antara ruas. Batang tumbuh
bergantian pada dua buku pada setiap antara ruas daun terdiri dari dua bagian
yaitu pelepah daun dan helaian daun, contoh gulma rerumputan Panicium
repens, Eleusine indica, Axonopus compressus dan masih banyak lagi.
Golongan teki-tekian kebanyakan berasal dari famili Cyperaceae.
Golongan ini dari penampakanya hampir mirip dengan golongan rerumputan, bedanya
terletak pada bentuk batangnya. Batang dari golongan teki-tekian berbentuk
segitiga. Selain itu golongan teki-tekian tidak memiliki umbi atau akar ramping
di dalam tanah. Contoh golongan teki-tekian: Cyprus rotundus, Cyprus
compresus. Golongan gulma berdaun lebar antara lain: Mikania spp,
Ageratum conyzoides, Euparotum odorotum.
Berdasarkan habitat
tumbuhannya, dikenal gulma darat, dan gulma air. Gulma darat merupakan gulma
yang hidup didarat, dapat merupakan gulma yang hidup setahun, dua tahun, atau
tahunan (tidak terbatas). Penyebarannya dapat melalui biji atau dengan cara
vegetatif. Contoh gulma darat diantaranya Agerathum conyzoides, Digitaria
spp, Imperata cylindrical, Amaranthus spinosus. Gulma air merupakan gulma
yang hidupnya berada di air. Jenis gulma air dibedakan menjadi tiga, yaitu
gulma air yang hidupnya terapung dipermukaan air (Eichhorina crassipes,
Silvinia) spp, gulma air yang tenggelam di dalam air (Ceratophylium
demersum), dan gulma air yang timbul ke permukaan tumbuh dari dasar (Nymphae
sp, Sagitaria spp).
III. Alat dan Bahan :
Alat
|
Bahan
|
Kertas
|
20
macam gulma darat
5
macam gulma air
|
Pensil
|
|
Penghapus dan
penggaris
|
IV. Cara kerja/prinsip kerja :
•
Gambarkan tumbuhan gulma dengan menggambarkan
•
seluruh bagian – bagian
tumbuhan ( akar. Batang, daun, bunga/ buah/biji)
•
Tuliskan taksonomi tumbuhan gulma : family, nama
species, nama umum, nama local
•
Tuliskan biologi tumbuhan :
Akar, batang, daun, bunga, buah, biji
•
Tuliskan : cara perbanyakan
•
Tulikan : cara
pengendalian
V.
HASIL DAN
PEMBAHASAN
1.
Cyperus rotundus
Nama Ilmiah : Cyperus rotundus
Nama Lokal : Teki, Motta, Bulili manggasa buai
Nama Umum : Nut grass, Puplenut grass, Xiang fu
Famili : Cyperaceae
Deskripsi
Akar : Menyerupai akar rimpang,
menjalar, membentuk kerucut yang besar pada
pangkalnya, kadang melekuk, warnanya coklat, hitam, keras, wangi, panjang
1,5-4,5 cm, dengan lebar 2-6 cm.
Batang : Berbentuk batang segitiga dan
tumpul
Daun :
terdapat pada pangkal batang dengan jumlah 4-10 helai, berjejal pada pangkal
batang, membentuk roset akar dengan pelapah daun tertutup tanah, simplex,
monomorfixs, linearis, tulang daun sejajar, tepi daun lurus, ujungnya meruncing
terdiri dari laminadan pelapah daun (vagina), pelapah daun tertutup oleh tanah,
helaian daun bergaris dan berwarna hijau tua.
Bunga :
Berbentuk bulir dengan 3-10 bulir kecil, mempunyai 5-25 bunga yang berkumpul
membentuk paying, inflorensentia terdiri dari flosculus (anak buah), biseksual,
3 benang sari, kepala sari berwarna kuning terang sedangkan tangkal putik
bercabang 3, berwarna coklat.
Buah : majemuk
Habitat :
di daerah tropis kering dengan ketinggian 1-1000 m dpl dengan curah hujan
1500-4000 mm/tahun.
Pengendalian :
2 lb MSMA +1 lb2,4-D + 1pt Surfactant
dalam 40 galon air,interval 2 minggu, menggunakan Gramoxone, Herbato 276 AS,
Reundup, Goal 2E dan Herbisida jenis lainnya.
2.
Ageratum conyzoides
Nama Ilmiah : Ageratum conyzoides
Nama Lokal : Babadotan, wedusansan (jawa)
Nama Umum : Chick weed
Famili : Asceraceae/composite
Deskripsi
Akar : Akar tunggang
Batang :
Tegak dengan ketinggian pada saat berbunga 60-120 cm, bulat bercabang, batang
bernodus dan pada bagian-bagian yang masih muda berambut.
Daun :
Letak berhadapan, bertangkai cukup panjang, bentuk bulat telur, segitiga hingga
belah ketupat, tepi bergerigi dan berbulu, duduk daun bawah berhadapan, sedang
bagian teratas bertangkai pendek.
Bunga :
Mengelompok berbenuk cawan/ bonggol,
setiap bulir terdapat 60-75 bunga, warna biru muda, putih atau violet.
Mahkota dengan tepung sempit, bentuk lonceng berlekuk lima (1-15mm).
Buah : Berwarna putih (2-3,5 mm),
keras bersegi lima, runcing, rambut sisik ada lima.
Habitat :
Tumbuh di sembarang tempat yang tak tergenang air di daerah tropis dan
subtropics dari ketinggian 1-1200 m dpl.
Suhu optimal 16-24°C dengan intensitas cahaya tinggi. Berasosiasi dengan
padi gogo, palawija, kopi, tembakau, dan kelapa sawit.
Perbanyakan : dengan biji (generative)
Pengendalian :
dengan 2,5 lb Msm di tambah dengan 1 lb 2,4 DO dalam 40 galon air. Disemprotkan
dan apabila perlu 5 minggu setelah penyemprotan pertama dapat ditambah MCPA
400gr/lt (Agroxone. 4) yang dilakukan apabila pada gulma lebih banyak dari
tanaman pokok dan tanaman tidak mencapai 20-30 cm, tiap hektar 1,5-2,4 lt dalam
500 liter air.
3.
Oxalis
barrelieri (L)
Nama ilmiah : Oxalis barrelieri (L)
Nama umum : Schapenklever
Nama lokal : Cacalincingan
Familia : Oxalidaceae
Deskripsi :
Akar :
memiliki akar tunggang.
Batang :
batang pada tanaman ini tegak merayap dengan panjang 0,1-1,4 cm.
Daun :
daun pada tanaman ini memiliki tangkai daun panjang 1,5-10 cm, pada pangkalnya
melebar menjadi pelepah, dan anak daun berbentuk jantung terbalik, panjang dan
lebar 0,5-5 cm.
Bunga :
bunga yang dimiki dalam paying tunggal diketiak dengan 2-8 bunga, daun mahkota
kuning dengan pangkal hijau, panjang 3-8 mm, benang sari di depan mahkota daun
lebih pendek dari pada lima lainnya, tangkai putik berdaun.
Buah : tanaman ini memiliki tangkai
buah bengkok, buah tegak berbentuk garis dengan ujung menyempit, panjang ± 2 cm
dengan celah membujur, elastis membuka menurut ruang.
Habitat : tempat tumbuh di tegalan, kebun, sepanjang
tembok dan pagar, tanggul kecil dan jalan setapak di hutan, tumbuh baik pada
ketinggian mencapai 1300 m dpl.
Perbanyakan : perbanyakan secara generatif, dengan biji.
Pengendalian :
pengendalian dilakukan dengan pemberian herbisida trifuralin dengan dosis 2-8
kg bahan aktif/ha. Bila terdapatdalam jumlah banyak maka yang digunakan adalah
velapon 50 EC. Sementara metil Bromida
Rofan dan daramut setelah fangasi terhadap media tumbuh.
4.
Mimosa
pudica L.
Nama ilmiah :
Mimosa pudica L.
Nama umum : Sensitive Plant
Nama local : Putri malu
Familia : Mimosaceae
Deskripsi :
Akar : memiliki akar tunggang.
Batang :
batang tumbuh merayap tersebar di atas tanah, miring atau tegak, tingginya 30-150 cm, ditumbuhi bulu-bulu agak
panjang dan duri keras yang membungkuk, warnanya hijau bercorak ungu,
keras/kuat dan bercabang banyak.
Daun :
daunnya menyirip dan berganda, daun akan menguncup pada waktu petang atau
tersentuh.
Bunga :
bunga majemuk berbentuk bongkol dan warnanya merah jambu.
Buah :
tidak ada.
Habitat :
tempat hidupnya di daerah ketinggian 1000 m dpl, pada lahan-lahan tidur.
Perbanyakan : perbanyakan dilakukan secara generatif dengan biji.
Pengendalian : secara
mekanik dengan cara mencabut dan secara
kimiawi dengan menggunakan herbisida.
5.
Eleusine indica
Nama Ilmiah : Eleusine indica
Nama Lokal : Good grass
Nama Umum :
Jukut carulang, jukut jampang, jampang gede, jampang munding (sunda), godang
ula, suket celulang, suket lulangan, wilulang, wukangan (jawa), rumputbelulang,
rumput welulang (Indonesia)
Famili : Gramineae (Poaceae)
Deskripsi :
Akar : Bernodus serabut
Batang :
batangnya selalu berbentuk cekungan, menempel pipih, pelepahnya menempel
kuat,batangnya seringkali bercabang.
Daun :daun
terdiri dari dua baris, tetapi kasar pada tiap ujungnya, pada pangkal helai
daunnya berambut. Pelepah menempel kuat, lidah daun pendek seperti selaput dan
tumbuh dalam rumpun.
Bunga :
Bunganya bulir menjari 3-5 berkumpul pada sisi poros yang bersayap dan
bertunas. Anak bulir berseling-seling tersusun seperti genting.
Buah : Majemuk, buah kering biji
tunggal
Habitat :Gulma
ini memerlukan cahaya yang cukup banyak, air melimpah, sangat peka, terhadap
lingkungannya, gulma ini khususnya berada disekitar tanaman kacang-kacangan
kecipir, padi dan ubi kayu.
Perbanyakan : berkembang biak secara generatif dengan
biji
Pengendalian :
Dua kali 3 pt Sondax HCl ditambah 8 lb Sodium O ditambah i pl Surfaktan non ionic.
Disemprotkan jelang waktu satu minggu, di suasana ternaung , daerah
penyebarannya meliputi 1-1400m dpl.
Perbanyakan : Secara generative dengan biji.
Pengendalian : Dengan
2,5 lb MSMA 5 lb ditambah 16 Sodium chlorate dalam 4 galon air, penemprotan
dilakukan setiap lima minggu.
6. Borreria
laevis ( ketumpang )
Klasifikasi
Kingdom :
Plantae
Ordo : Gentianales
Famili : Rubiceae
Genus :
Borreris
Spesies :
Borreria laevis
Deskripsi
Batang: sering berwarna ungu, tegak atau menggeletak dengan panjang 3 – 10 dm
Daun : berwarna ungu , berlawanan berbentuk bulat pangjang yang memanah , bulat
panjang yang seperti tombak, panjangnya 1 -7 cm dan lebar 0,4 hingga 3 cm dan
memberikan tekstur seperti kudis, petiole memiliki panjang 2 – 4 mm , stipula 2
– 3 mm.
Bunga : berjumlah banyak yang terletak
secara axilari dan terminal dan panjangnya 2 – 3 mm Corolla berwarna putih atau
sering berwarna pink dengan panjang 2,4 – 2,6 mm.
Buah berbentuk ellipsoid dengan panjang 2 – 4 mm
Biji : berwarna cokelat gelap dengan panjang 1,5 – 2,5
mm
Habitat :Sepanjang trail, daerah dari
ketinggian 1500 m hingga ke atas ,
toleran terhadap iklim kering ,
daerah pemukiman, sepanjang jalan
Perbanyakan : Dengan biji yang tersebar melalui air tebasan alat pertanian , dan
pengolahan
Penyebaran : Dari Florida Selatan ,
Amerika Selatan hingga India bagian barat
Pengendalian : dengan cara kimiawi, 2 lb MSMA ditambah 1 lb
2,4-D dan 1 Pt Surfactant dalam 40 galon air diberikan dalam interval satu minggu atau penyemprotan Roundup dosis
100-120 setiap 15 liter air atau paracol dosis 100-120 cc tiap 15 liter air
7. . Cyperus iria
Klasifikasi
Kingdom : Plantae (Tumbuhan)
Subkingdom : Tracheobionta
Super Divisi : Spermatophyta
Divisi : Magnoliophyta
Kelas : Liliopsida
Sub Kelas : Commelinidae
Ordo : Cyperales
Famili : Cyperacea
Genus : Cyperus
Spesies : Cyperus iria
Deskripsi
Akar : berakar serabut, terdapat beberapa daun ,
cabang sepatu berduri sekitar 2,5 cm panjangnya, jelaga tegak dengan tinggi 8
hingga 60 cm agak tebal atau menipis.
Pelepah daun : berwarna kemerahan atau
kecokelatan. Benang sari ada tiga dan kepala putik ada tiga. Terdapat corymb
sebagai aturan mejemuk dengan panjang 5 hingga 15 cm, lebar 3 hingga 10 cm
dengan masing – masing menghasilkan 5 – 10 duri yang berbentuk bulat panjang
dengan panjang 1 – 4 cm dan paling sedikit berdaun 2 atau 3
Habitat : Daerah basah, di sawah, rawar -
rawa, hingga permukaan laut dengan kedalaman 300 m
Perbanyakan : Dengan biji
Penyebaran: Afrika Timur dan Asia Pusat melalui
India ke Cina dan Jepang , ke arah timur Malesia dan Australia
8. Fimbristylis
miliacea Linn ( Vahl ) ( Panon Munding )
Klasifikasi
Kingdom : Plantae (Tumbuhan)
Ordo : Poales
Famili : Cyperiaceae
Genus : Fimbristylis
Spesies : Fimbristylis
miliacea
Deskripsi
Tanaman tahunan, cespitose, 15-50 (-70) cm, dasar lunak; rhizomes absen
Batang ; bisa sama dengan
daun dan bisa berbeda
Daun : memiliki tinggi 2 /
3 dari tinggi tanaman, tidak ada ligula, pelepah daun lebar 2 mm
Bunga : Inflorescences anthela
kompleks, biasanya membaur, branched, perluasan ke atas, kali luas sepanjang;
scapes semampai, angularly berjalur dan / atau yang dikompresi distally, 1-1,5
mm lebar atau tebal, Bunga
terdiri dari stamens 1-2 ,
putik 3
Fimbristylis miliacea lain adalah rumput yang luas
penyebarannya di Asia
terutama pada tanaman padi
Buah : ukuran 1mm
Habitat : Perladangan padi , daerah dengan ketinggian lebih dari 300 m
Penyebaran : Didaerah Negara beriklim tropis
Pengendalian
9. Euphorbia hirta L.
Nama ilmiah : Euphorbia hirta L.
Nama umum : Hairy spunge
Nama
daerah: Patikan kebo; Patikan jawa; Mangkokan
Familia : Euphorbiaceae
Deskripsi :
Akar : memiliki akar tunggang, besar
dan dalam.
Batang :
pada batang, tegak, dengan tinggi sekitar 0,1-0,6 m dan berbulu pada ujungnya,
bercabang bila semakin dekat dengan pangkal.
Daun :
daun yang ada memanjang dengan pangkal miring dan pinggir bergerigi, pada
bagian sisi bawah berbulu, panjang 0,5-5 cm.
Bunga :
bunga yang terdapat pada tanman ini berkumpul menjadi karangan bunga yang pendek.
Buah :
buahnya berbentuk kapsul dengan tiap-tiap bunga terdiri-dari tiga kapsul.
Habitat :
tempat hidup tanaman ini adalah tegalan, tanah berpasir dan tanah pertanian
diketinggian 1-1400 m dpl.
Perbanyakan : perbanyakan dilakukan secara generatif dengan biji.
Pengendalian :
pengendalian dilakukan secara mekanik
dengan cara dicabut dan secara kimiawi dengan menggunakan 2,5
lb MSMA + 5 lb Sodium Chlorate dalam 4 gallon air dengan penyemprotan dilakukan
setiap lima minggu.
Klasifikas
Kingdom : Plantae (Tumbuhan)
Subkingdom :
Tracheobionta (Tumbuhan berpembuluh)
Super Divisi : Spermatophyta (Menghasilkan biji)
Divisi : Magnoliophyta (Tumbuhan
berbunga)
Kelas : Magnoliopsida (berkeping dua / dikotil)
Sub Kelas :
Hamamelidae
Ordo : Caryophyllales
Famili : Portulacaceae
Genus : Portulaca
Spesies : Portulaca oleracea L.
Deskripsi
Habitus : Semak, semusim.
Batang : Bulat, beruas,
merah kecoklatan.
Daun : Tunggal, bulat telur,
ujung dan 'pangkal tumpul, tepi rata, berdaging, tersebar, panjang 1-3 cm,
lebar 1-2 cm, hijau.
Bunga : Majemuk, di
ujung cabang, kecil, kelopak hijau, bertaju dan bersayap, mahkota
bentukjantung, kepala putik tiga sampai dengan lima, putih, kuning.
Buah : Kotak,
berbiji banyak, hijau.
Biji
:
Bulat, kecil, mengkilat, hitam.
Akar
: Tunggang,
putih kotor.
Manfaat : Herba Portulaca oleraceae
berkhasiat sebagai obat mencret, obat penurun panas dan obat radang
lambung.
Kandungan kimia : Herba portulaca oleracea
mengandung saponin dan flavonoicla.
11.
Phyllanthus niruri L.
Nama
latin: Phyllanthus niruri L.
Nama
daerah: Memeniran; Gosau na dungi; Gosau madungi roriha; Daun gendong
anak
Deskripsi
tanaman: Semak, tanaman semusim, tinggi 20-60 cm. Batang masif, bulat
licin, tidak berambut, diameter 3 mm, berwarna hijau. Daun majemuk, berseling,
anak daun 15-24, berwarna hijau, bentuk bulat telur, panjang 1,5 cm,lebar 7 mm,
tepi rata, ujung tumpul, pangkal membulat. Bunga berwarna putih, tunggal, dekat
tangkai anak daun. Buah kotak, bulat, diameter 2 mm, berwarna hijau keunguan.
Biji kecil, keras, berwarna coklat.
Habitat:
Meniran tumbuh liar di tempat lembab dan berbatu, seperti di sepanjang saluran
air, semak-semak. Tumbuhan ini bisa ditemukan di daerah dataran rendah sampai
ketinggian 1000 dpl.
Bagian
tanaman yang digunakan: Seluruh tanaman
Kandungan
kimia: Filantina; Hipofilantina; Kalium; Damar; Tanin
Khasiat:
Membersihkan hati; Anti radang; Anti demam; Peluruh dahak; Peluruh
haid; Penambah nafsu makan
Nama
simplesia: Phyllanthi Herba
Resep tradisional:
Batu ginjal
Daun meniran 3 g; Daun
ngokilo 9 g; Daun wungu 5 g; Daun besaran 3 g; Daun kumis kucing 5 g; Daun
sendokan 7 g; Daun duduk 7 g; air 500 cc, Semua bahan direbus selama 15 menit,
kemudian disaring, Rebusan diminum 3 kali sehari.
12. Axonophus
compressus (Sw) Beaur
Nama ilmiah : Axonophus
compressus (Sw) Beaur.
Nama
umum : Carpet grass, Blanket grass
Nama lokal : Rumput pahit
(Indonesia), Jukut pait, papaitan (Sunda), Rumput pait
(Malaysia)
Familia : Poaceae / Gramineae
Deskripsi
Akar : tanaman ini
mempunyai akar serabut / adventicia, dengan bulu - bulu akar yang banyak dan
menempel pada tanah.
Batang : batangnya terdiri dari beberapa rumpun dan menempel
pada pangkal batang pada satu focus
sehingga bentuknya seperti kipas dengan pola batang yang menyebar. Panjang
batang 1-6 cm dengan lebar 0,5-1,5 cm.
Daun :
daun tanaman ini berwarna hijau muda, pertulangan daun sejajar/linier, labar daun
0,5-1,5 cm, pelepah daun menempel pada batang yang berkumpul membentuk rumpun.
Bunga : bunga yang muncul dalam malai, bentuk
mirip bulir dan bercabang dua atau lebih.
Buah : buah majemuk, jumlahnya relatif banyak.
Habitat : tumbuh di lahan kering, pada dataran rendah sampai
dataran tinggi 1400 mdpl serta tumbuh baik di tempat terbuka atau terlindung.
Perbanyakan : perbanyakan secara generatif, dengan biji
dan secara vegetatif yaitu batang atau berbuku-buku.
Pengendalian : pengendalian yang
dilakukan antara lain ; secara mekanik,
pembabatan, pencabutan, dan pengolahan tanah. Sedangkan secara
kimia 2,5 lb MSMA + 2 lb Sodium chlorate dalam 60 galon air.
13. Paku
Kadal
Cyclosorus aridus
(Don.) Ching Nama umum
Indonesia:
|
Paku kadal
|
Klasifikasi
Kingdom: Plantae (Tumbuhan)
Subkingdom: Tracheobionta (Tumbuhan berpembuluh)
Divisi: Pteridophyta (paku-pakuan)
Kelas: Pteridopsida
Sub Kelas: Polypoditae
Ordo: Polypodiales
Famili: Thelypteridaceae
Genus: Cyclosorus
Spesies: Cyclosorus aridus (Don.) Ching
14. Cyperus kyllingia (L)
Nama ilmiah : Cyperus kyllingia (L)
Nama umum : Nut grass
Nama lokal : Jukut pendul, teki pendul, jukut
papayungan
Familia : Cyperaceae
Deskripsi :
Akar : memiliki rimpang (umbi)
menjalar, berbentuk kerucut yang besar
pada pangkal, kadang melekuk, warna coklat, berambut halus dengan
diameter 5-10 mm.
Batang :
batangnya berbentuk segitiga, padat, licin, tumpul, berdiameter1-1,5 mm panjang
5-45 cm.
Daun :
daun pada tanaman ini terdiri dari 4-10 helei berjejal pada pangkal batang membentuk roset akar dengan
pelepah daun tertutup tanah, helaian daun berbangun pita, bertulang sejajar,
tepi rata, permukaan atas berwarna hijau mengkilap dengan panjang 10-60 cm dan lebar 2-6 mm.
Bunga :
bunga berbentuk bulir dengan 3-10 bulir kecil yang mempunyai 8-25 bunga yang
berkumpul membentuk payung, warna kuning / coklat kuning.
Buah :
buah yang terdapat adalah tipe buah batu, kecil, bentuk memanjang sampai bulat
telur terbalik.
Habitat :
tanaman ini tumbuh liar di tempat terbuka / sedikit terlindung dari sinar
matahari dan pada ketinggian 1-1000 m dpl pada bermacam-macam tanah.
Perbanyakan : perbanyakan dapat secara generatif,
dengan biji dan vegetatif, rimpang
(stolon ).
Pengendalian :
dengan cara kimiawi, 2 lb MSMA
ditambah 1 lb 2,4-D dan 1 Pt Surfactant dalam 40 galon air diberikan dalam
interval satu minggu atau penyemprotan Roundup
dosis 100-120 setiap 15 liter air atau paracol dosis 100-120 cc tiap 15 liter
air
15. Tridax procumbens (L).
Nama ilmiah :
Tridax procumbens (L).
Nama umum : Coat button
Nama local : Jukut gagajihan
Familia : Asteraceae
Deskripsi :
Akar : Tunggang
Batang :
Basah atau herbaceus, berwarna cokelat, menjalar diatas
permukaan, berongga
panjang ± 10 cm dan lebar 0,5 cm
Daun :
Lebar dengan tulang daun menyirip, tepi daun bergerigi, yang ujung meruncing
berwarna hijau
Bunga :
Tunggal, berada di ujung batang, kelopak bunga berwarna putih, diameter bunga 1
cm, kelopak berwarna hijau atau putih keungu-unguan
Buah :
Ovulum yang sudah masak
Habitat :
Di lahan terbuka, lapangan, pinggir jalan
Perbanyakan :
Generatif dengan biji
Pengendalian :
1 lb 2,4-D dalam 40 galon air disemprotkan 2 x dengan jarak 4 minggu
16. Amaranthus spinosus
Nama umum
Indonesia:
|
Bayam duri, bayem cucuk, podo maduri (Bugis)
|
Inggris:
|
spiny amaranth
|
Pilipina:
|
Uray, orai
|
Cina:
|
Le xian cai
|
Deskripsi
Amaranthus spinosus diyakini berasal dari dataran
rendah tropis Selatan dan Amerika Tengah dan diperkenalkan ke bagian hangat
lain di dunia. Hal ini sering terjadi sebagai gulma invasif dan jarang
dibudidayakan. Hal ini sebagian besar
ditemukan di pinggir jalan dan daerah kritis. gulma ini memiliki distribusi
yang luas termasuk Amerika Serikat, dan semua daerah tropis dan subtropis
Afrika dan Asia Tenggara. Rakyat pedesaan Nigeria mengkonsumsi ini sebagai
konvensional non-sayuran berdaun khususnya selama masa kekeringan..
Amaranthus spinosus tumbuh setiap tahun sebagai,
monoecious herbal tegak, sampai 100-130 cm, banyak bercabang; batang silinder
atau obtusely sudut, gundul atau sedikit dibawah umur, hijau atau variabel
diliputi dengan ungu. Daun alternatif dan sederhana tanpa stipula, tangkai daun
sekitar selama pisau-daun; Bentuk pisau bulat telur-lanset untuk genjang,
3,5-11 cm x 1-4,5 cm, akut dan sering sedikit decurrent di dasar, bodoh, bundar
atau sedikit retuse dan sering pendek mucronate di puncak, seluruh, glabrous
atau sedikit dibawah umur pada vena ketika muda. Perbungaan terdiri dari
cluster padat, yang lebih rendah ketiak, yang lebih sering dikumpulkan dalam
sebuah spike aksiler dan terminal yang sering bercabang di bagian bawahnya; cluster
aksila biasanya dipersenjatai dengan duri yang sangat tajam hingga 2 cm. bunga
berkelamin tunggal, soliter di ketiak dari bract sebuah, subtended oleh 2
bracteoles; bracts dan bracteoles scarious, mucronate dari dasar yang luas,
lebih pendek atau selama perianth; bunga jantan biasanya diatur dalam lonjakan
terminal atas dasar perbungaan, hijau; tepal 5 atau dalam bunga jantan, sering
3 gratis, hampir sama, bulat telur-lonjong sampai lonjong-spatulate, sampai
dengan 2,5 mm, sangat cembung, membran, dengan margin transparan dan band
median hijau atau ungu; bunga jantan dengan 5 benang sari sekitar selama tepal;
bunga betina dengan atasan, ovarium oblong, 1-bersel, gaya 2-3, akhirnya
bengkok. Buah ini berbentuk bulat telur
dengan leher meningkat singkat di bawah dasar gaya, circumscissile sedikit di
bawah tengah atau dak merekah atau pecah.
Benih sekitar 1 mm, mengkilap, pipih, hitam atau kecoklatan-warna hitam. Bagian
Tanaman yang Digunakan: Akar, daun, Benih
17. Rhychelytrum repens ( willd ) Hubb
Nama ilmiah :
Rhychelytrum repens ( willd ) Hubb
Nama umum : Natal reed, top grass
Nama local : Simanis dari Taiwan
Familia : Poaceae
Deskripsi :
Akar : memiliki akar serabut.
Batang :
pada batang, kuku dan camping, tegak, ketinggian + 30-90 cm.
Daun :
daunnya runcing ke ujung (Acutus), umumnya berambut, seludang jarang yang berambut, panjang 5-20 cm, lebar
2-8 mm berbentuk garis atau benang
(folium linearum) dengan tulang daun sejajar (parallel nervis).
Bunga : bunga berupa karangan panicula di akhir pucuk,
panjang 10-20
cm, warna kemerahan atau keunguan, bercabang, halus dan menyebar, spikelet tertutup oleh rambut
tipis, tangkainya ramping dan beberapa rambut halus yang dipanjang di ujung,
tiap skelet terdiri dari 2 floret yang lebih rendah, steril dan sekamnya
berjanggut, yang lebih atas biseksual dan sekamnya kosong.
Buah :
buah majemuk, jumlahnya relatif banyak.
Habitat :
tempat hidunya di tempat terbuka, tanah yang mengandung garam, ladang, padang
rumput, pinggir jalan dan lahan pertanian.
Perbanyakan : secara generatif dengan biji, vegetatif dengan stolon.
Pengendalian :
secara kimiawi Rulof H500 EC, Rulof
Hsb, Unhnex sp.
18. Crassocephalum crepidioides
|
||||||||||||||||
Crassocephalum crepidioides
(Benth.) S. Moore |
||||||||||||||||
Gynura crepidioides
Benth.
|
Sintrong (Crassocephalum crepidioides)
adalah sejenis tumbuhan
anggota suku
Asteraceae.
Terna ini umumnya ditemukan liar sebagai gulma di tepi jalan, di
kebun-kebun pekarangan,
atau pada lahan-lahan terlantar; pada ketinggian di atas 200 m dpl. Dalam bahasa
Inggris tumbuhan ini dikenal sebagai ebolo, thickhead,
redflower ragleaf, atau fireweed.
Pemerian
Terna tegak, tinggi hingga 1 m, berbau harum aromatis apabila diremas. Batang lunak beralur-alur dangkal. Daun-daun terletak tersebar, dengan tangkai yang sering
bertelinga. Helaian daun jorong memanjang atau bundar telur terbalik, 8–20 ×
3–6 cm, dengan pangkal menyempit
berangsur sepanjang tangkai daun dan ujung runcing, bertepi rata atau berlekuk
hingga berbagi menyirip, bergigi bergerigi kasar dan runcing. Daun yang paling
atas lebih kecil dan sering duduk. Bunga majemuk berupa bongkol-bongkol yang tersusun dalam
malai rata terminal. Bongkol hijau dengan ujung jingga coklat hingga merah
bata, silindris, 13–16 × 5–6 mm, mengangguk; tegak setelah
menjadi buah. Mahkota kuning, dengan ujung merah kecoklatan, bertaju-5. Buah
keras (achene) ramping
memanjang, seperti gelendong berusuk 10, sekitar 2,5 mm panjangnya; dengan
banyak rambut sikat (pappus) berwarna
putih, 9–12 mm.
Ekologi dan
penyebaran
Perawakan
Sintrong
memiliki asal-usul dari Afrika tropis, kini telah menyebar ke seluruh wilayah tropika di Asia. Di Indonesia,
gulma ini tercatat dijumpai pertama kali di dekat Medan pada tahun
1926. Dari sini dibawa ke Jawa, dan kemudian meliar dan menyebar ke seluruh Nusantara.
Kerap ditemui di tanah-tanah terlantar yang subur, tepi sungai, tepi jalan, kebun-kebun teh dan kina, terutama di bagian yang lembab, hingga ketinggian 2.500 m dpl. Juga di sawah-sawah yang mengering. Biji-biji (buah) menyebar dengan bantuan angin. Walaupun berbunga sepanjang tahun, terna ini merupakan tumbuhan pengganggu yang relatif mudah diatasi.
Kerap ditemui di tanah-tanah terlantar yang subur, tepi sungai, tepi jalan, kebun-kebun teh dan kina, terutama di bagian yang lembab, hingga ketinggian 2.500 m dpl. Juga di sawah-sawah yang mengering. Biji-biji (buah) menyebar dengan bantuan angin. Walaupun berbunga sepanjang tahun, terna ini merupakan tumbuhan pengganggu yang relatif mudah diatasi.
Kegunaan
Sintrong
merupakan lalap
yang digemari di Jawa Barat].
Di Afrika,
selain dimanfaatkan sebagai sayuran, beberapa bagian tanaman sintrong digunakan
sebagai bahan obat tradisional; di
antaranya untuk mengatasi gangguan perut, sakit kepala, luka, dan lain-lain.
Gulma ini juga disukai sebagai pakan ternak. Meskipun demikian tumbuhan ini
ditengarai mengandung alkaloida pirolizidina yang bisa memicu tumor.
19.
Phyllanthus niruri L.
Nama
latin: Phyllanthus niruri L.
Nama
daerah: Memeniran; Gosau na dungi; Gosau madungi roriha; Daun gendong
anak
Deskripsi
tanaman: Semak, tanaman semusim, tinggi 20-60 cm. Batang masif, bulat
licin, tidak berambut, diameter 3 mm, berwarna hijau. Daun majemuk, berseling,
anak daun 15-24, berwarna hijau, bentuk bulat telur, panjang 1,5 cm,lebar 7 mm,
tepi rata, ujung tumpul, pangkal membulat. Bunga berwarna putih, tunggal, dekat
tangkai anak daun. Buah kotak, bulat, diameter 2 mm, berwarna hijau keunguan.
Biji kecil, keras, berwarna coklat.
Habitat:
Meniran tumbuh liar di tempat lembab dan berbatu, seperti di sepanjang saluran
air, semak-semak. Tumbuhan ini bisa ditemukan di daerah dataran rendah sampai
ketinggian 1000 dpl.
Bagian
tanaman yang digunakan: Seluruh tanaman
Kandungan
kimia: Filantina; Hipofilantina; Kalium; Damar; Tanin
Khasiat:
Membersihkan hati; Anti radang; Anti demam; Peluruh dahak; Peluruh
haid; Penambah nafsu makan
Nama
simplesia: Phyllanthi Herba
Resep tradisional:
Batu ginjal
Daun meniran 3 g; Daun
ngokilo 9 g; Daun wungu 5 g; Daun besaran 3 g; Daun kumis kucing 5 g; Daun
sendokan 7 g; Daun duduk 7 g; air 500 cc, Semua bahan direbus selama 15 menit,
kemudian disaring, Rebusan diminum 3 kali sehari.
20. Richardia brasiliensis Gomez
Nama ilmiah :
Richardia brasiliensis Gomez
Nama umum :
Brood leaf, Button weed
Nama local : Goletrak beuti
Familia : Rubiaceae
Deskripsi :
Akar :
memiliki akar tunggang.
Batang : batangnya
berbentuk segiempat, merupakan tanaman berbatang herba, berbulu
dengan tinggi + 6cm.
Daun : daun berbentuk elips dimana
pada bagian tengah agak melebar dan
ujungnya pendek dan tajam. Tangkai daun tanaman/gulma ini pendek, dimana
pangkal daun bersatu dengan stipula yang berbentuk mangkok. Letak daun
berhadapan.
Bunga : pada bunga,
mempunyai kelopak yang berambut dengan 4 sepal, mahkota
berbentuk tabung, berwarna putih serta memiliki benang sari
dan putik yang bercabang.
Buah : buahnya
mempunyai rambut dan terbagi dalam dua pasang.
Habitat : Tumbuh di tanah yang
berpasir,tempat terbuka yang memperoleh penyinaran yang cukup.
Perbanyakan : berkembang biak
secara vegetatif dengan stolon dan generatif dengan biji.
Pengendalian : pengendalian yang dilakukan 2 kali aplikasi
dalam 3 pont (1 pont = 0,566 lb) Sardox
HL ditambah 1 pont 2,4-D dalam 40 gallon air dengan interval 5 minggu.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar